S E M O G A...B E R M A N F A A T !

Minggu, 03 November 2013

Perhitungan Steredian Lampu PJU


Salah satu hal penyebab tidak meratanya penerangan adalah tidak sesuainya  besar daya pada lampu terpasang. Agar diperoleh penempatan PJU yang sesuai, digunakan Tabel-9 SNI 7391:2008 tentang Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan, yaitu dengan memperhatikan jarak antar tiang (e), tipe rumah lampu (lantern), jenis lampu, tingkat pencahayaan (Lux), tinggi lampu dan lebar jalan.  Untuk dapat menghasilkan daya dan intensitas penerangan yang sesuai dengan kebutuhan pada PJU, maka perlu juga dihitung nilai parameter penerangan dengan menggunakan konsep sudut ruang (steredian). Konsep ini harus dikombinasikan dengan tabel-tabel yang ada di dalam SNI 7391:2008.  Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan contoh perhitungan untuk jarak 5 meter, 10 meter dan 15 meter.

.   1. Menghitung fluks cahaya untuk P1= 5m

        Menghitung sudut  α  (sudut kemiringan/inklinasi antara sinar cahaya dan garis lurus pada bidang  a-b     dititik P), dengan menggunakan rumus :
tan α  =  P1 / R  =       =  0,55
     α  =    .  0,55 = 29 ˚

          Menghitung intensitas penerangan  ( I ) 
          Misal diinginkan  Kuat Pencahayaan (Iluminansi) Ep= 10 lux  
          Dengan tinggi  lampu   R= 9 m  dan    α= 29 ˚ Dan  formula untuk   Intensitas   penerangan  adalah :
 I =  Ep. R/  (cos α) 
Sehingga :

I  =   10. 92 / cos 29 ˚   =  931  candela
 
          Menghitung fluks cahaya  (Φ) 
          Dengan      I  = 931 cd  , maka    : 
  Φ = 4 . I     =    12,56  .  931    = 11.699,3  lumen



2.   Menghitung fluks cahaya untuk P2 = 10m
Menghitung sudut  α  (sudut kemiringan/inklinasi antara sinar cahaya dan garis lurus pada bidang a-b dititik P), dengan menggunakan rumus :

tan α  = P2 / R  = 10/9   =  1,11
       α      =    1,11       = 48 ˚

Menghitung intensitas penerangan  ( I )
 
Misal diinginkan  Kuat Pencahayaan (Iluminansi) Ep= 10 lux Dengan tinggi  lampu   R= 9 m  dan    α= 48 ˚  Dan  formula untuk   Intensitas penerangan  adalah :
  I =  Ep. R/  (cos α) 
Sehingga :

  I =   10. 92 / cos 48 ˚   =  1.210,5  candela
                   
Menghitung fluks cahaya  (Φ)
Dengan      I  = 1.210,5 cd
Maka    : 
Φ         = 4 . I     =    12,56 .   1.210,5
            = 15.212  lumen

Jika ingin digunakan lampu SON, berdasarkan Tabel-1  SNI 7391:2008 tentang Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan, lampu jenis SON memiliki efisiensi rata-rata 110 lumen/watt.  Maka pemilihan lampu jenis ini memiliki Daya  =  15.212  /  110    Watt   = 138 Watt .  Sehingga untuk P2=10 m, dipilih jenis yang sesuai yaitu  SON 150 Watt.


3.    Menghitung fluks cahaya untuk P3 = 15m

·   Menghitung sudut  α  (sudut kemiringan/inklinasi antara sinar cahaya dan garis lurus pada bidang a-b dititik P), dengan menggunakan rumus :

tan α  = P3 / R  = 15/9   =  1,67
          α      =     1,67      = 59 ˚

·     Menghitung intensitas penerangan  ( I )
Misal diinginkan  Kuat Pencahayaan (Iluminansi) Ep= 10 lux
Dengan tinggi  lampu   R= 9 m  dan    α= 59 ˚

Dan  formula untuk   Intensitas penerangan  adalah :       
I =  Ep. R/  (cos α)
Sehingga : I   =   10. 92 / cos 59 ˚   =  1.572,7  candela

·     Menghitung fluks cahaya  (Φ)
Dengan      I  = 1.572,7 cd
Maka    : 
Φ         = 4 . I     =    12,56 . 1572,7
            = 19.753,1  lumen

Jika ingin digunakan lampu SON, berdasarkan Tabel-1  SNI 7391:2008 tentang Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan, lampu jenis SON memiliki efisiensi rata-rata 110 lumen/watt.  Maka pemilihan lampu jenis ini memiliki Daya = 19.753,1 /110 Watt  = 179,6 Watt.  Sehingga untuk P3 = 15m, dipilih jenis yang sesuai yaitu  SON 250 Watt.
 

Minggu, 13 Oktober 2013

Tinjauan Multifungsi PJU sebagai penyedia layanan mikro BTS



BTS (Base Transceiver Station) merupakan salah satu bagian penting perangkat telekomunikasi yang diberikan oleh operator seluler. BTS menghubungkan pengguna/terminal dengan jaringan bergerak seluler. Ukuran sel yang besar, yang diimplementasikan dengan menara yang tinggi dan besar, kurang tepat diimplementasikan untuk area dengan trafik telekomunikasi yang tinggi. Pada area dengan trafik padat, cakupan sel cenderung kecil yang diimplementasikan dengan transmitter berdaya rendah, membentuk sel ukuran kecil . Transmiter berdaya rendah ini secara ukuran juga kecil dengan konsumsi listrik yang juga kecil. Trend dalam dunia engineering telekomunikasi saat ini menuju pada implementasi BTS atau akses point dalam ukuran yang semakin mini, sehingga kebutuhan menara tinggi semakin berkurang.

Salah satu jenis BTS dengan ukuran mini adalah mikro BTS. Mikro BTS digunakan untuk radius coverage micro cell dan berfungsi khusus sebagai repeater transceiver guna menjangkau area yang lebih rendah dengan radius rata-rata 100 sampai 200 meter.  Sehingga mikro BTS didistribusikan untuk melayani daerah perumahan atau area padat lalulintas dan pejalan kaki. Namun mikro BTS menuntut pemilihan tempat yang tepat sedemikian rupa sehingga kualitas sinyal yang handal terpenuhi tanpa mengurangi aspek estetika area tersebut. Dengan demikian mikro BTS yang memberikan sinyal optimum pada ketinggian berkisar 20 meter, akan sangat tepat jika ditempatkan di tiang PJU  (Penerangan Jalan Umum) eksisting maupun tiang PJU yang akan dibangun.


Aspek Teknis :
Dampak radiasi suatu antenna BTS terhadap suatu benda bergantung pada jarak dari pemancar di BTS tersebut. Radiasi yang diterima akan semakin melemah jika jarak BTS semakin jauh. WHO memberikan ketentuan bahwa level batas radiasi yang diperbolehkan masing-masing 4,5 watt/m2 untuk perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk 1.800 MHz. Sementara itu, standar yang dikeluarkan IEEE C95.1-1991 mensyaratkan 6 watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk perangkat berfrekuensi 1.800 MHz. Pada jarak 1 meter  pada jalur pita pancar utama, tower BTS dengan frekuensi 1.800 MHz akan mengasilkan total daya radiasi sebesar 9,5 w/m2 dan pada jarak 12 meter akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,55 w/m2.
Memperhatikan aspek teknis di atas, dengan penempatan mikro BTS pada ketinggian 20 meter di tiang PJU, maka akan tetap diperoleh batas aman radiasi medan elektromanetik terhadap kesehatan masyarakat di sekitar mikro BTS tersebut.

Aspek Hukum
Permenkominfo Nomor 02/PER/M.Kominfo/2/2008 pasal penjelasan huruf a dan b, menyatakan bahwa BTS merupakan salah satu infrastruktur pendukung utama dalam penyelenggaraan telekomunikasi yang vital dan memerlukan ketersediaan lahan, bangunan dan ruang udara.
Peraturan Daerah Nomor 01 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung , menyatakan bahwa menara telekomunikasi merupakan bangunan khusus yang berfungsi sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan telekomunikasi yang desain atau bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi.   Menara dimaksud dalam Perda ini adalah menara BTS konvensional yang mensyaratkan jarak 8-10 km dari pemukiman warga, namun belum menyentuh regulasi tentang mikro BTS.       

Aspek Estetika dan Kemungkinan Kontribusi Lokal

Menurut data yang ada,pada tahun 2008 saja terdapat 76689 buah menara telekomunikasi di seluruh Indonesia. Kondisi ini disamping tidak efisien bagi ke semua operator seluler, juga berdampak pada aspek estetika terutama di dalam kota. Oleh karena itu, pemerintah dan operator seluler sepakat untuk mengurangi pertumbuhan jumlah menara konvensional, diantaranya  kebijakan penggunaan menara bersama (tower sharing). Dengan berkurangnya jumlah menara konvensional BTS, maka Pemerintah Daerah dapat lebih mudah mengatur aspek pemandangan dan keserasian lingkungan kota sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan kota Bandung.

Kontribusi lokal dapat dicapai karena penyediaan menara dan pemeliharaannya disediakan oleh sumber lokal, dan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah



Sabtu, 05 Oktober 2013

Teknik Modulasi

Umumnya sinyal yang keluar dari suatu transducer masukan tidak dapat langsung dikirim melewati kanal transmisi, mesti dimodifikasi terlebih dahulu untuk menumpangkan sinyal. Proses tersebut - dinamakan modulasi, dilakukan dengan mengubah gelombang pembawa secara sistematis sesuai dengan sinyal informasi, jadi juga sesuai dengan pesan (message). Dikatakan bahwa gelombang pembawa tadi dimodulasi oleh sinyal informasi dan sinyal informasi tersebut menjadi sinyal pemodulasi. Pengkodean pada sistem digital atau sistem diskrit dapat juga dianggap sebagai proses modulasi.

Macam- macam modulasi
          
Keberhasilan suatu sistem komunikasi dalam suatu tujuan tertentu sangat bergantung kepada modulasi, sehingga penetapan macam modulasi yang dipergunakan merupakan keputusan penting dalam suatu perancangan sistem komunikasi. Untuk memenuhi berbagai tugas dan keperluan telah dikembangkan berbagai teknik modulasi.
           Secara kasar modulasi dapat dibagi atas dua jenis dasar, sesuai dengan gelombang pembawanya : modulasi gelombang continue ( CW modulation ) dan modulasi pulsa ( pulse modulation ). Pada modulasi gelombang continue, gelombang pembawanya betul-betul sebuah gelombang bentuk sinusoidal sedangkan pada modulasi pulsa gelombang berbentuk deretan pulsa yang periodik.
            Karena merupakan proses yang continue modulasi gelombang continue cocok untuk sinyal yang merupakan fungsi waktu yang continue. Biasanya frekuensi gelombang pembawa jauh lebih tinggi dari setiap komponen frekuensi yang dimiliki oleh sinyal informasi. Dalam hal ini, disini modulasi merupakan pula proses pemindahan frekuensi; frekuensi-frekuensi sinyal dipindahkan ke atas, ke suatu ban frekuensi yang lebih tinggi dari aslinya.Jenis pertama ini meliputi modulasi FM, AM, PM , ASK, FSK dan mPSK 
            Modulasi pulsa merupakan proses yang tidak continue ; jadi merupakan proses yang diskrit. Di sini pulsa-pulsa hanya ada pada interval waktu tertentu saja. Karena itu modulasi cocok untuk sinyal yang secara alami bersifat diskrit. Walaupun demikian sinyal analogpun dapat diproses dengan modulasi pulsa dengan bantuan proses yang disebut sampling. Jenis kedua ini meliputi modulasi mPAM, PDM/PWM, PPM, Delta M, PCM, A Delta PCM.

Sedangkan m-QAM merupakan kombinasi jenis modulasi
gelombang continue ( CW modulation ) dan modulasi pulsa ( pulse modulation ).

   
Manfaat modulasi 
Secara singkat dapat dikatakan bahwa modulasi diperlukan untuk mencocokan atau menyesuaikan (Matching) sinyal dengan kanal transmisi. Maksudnya sesuai dalam beberapa aspek, yaitu :

-  Modulasi untuk memudahkan radiasi. Pada sistem wireless, radiasi yang efisien dilakukan memakai antena, yang          panjangnya paling sedikit sepersepuluh panjang gelombang. Jadi agar antenanya cukup praktis, tidak terlalu panjang, diperlukan frekuensi yang cukup tinggi.
-  Modulasi untuk mengurangi derau dan interferensi.  Beberapa jenis modulasi tertentu mempunyai sifat yang sangat berguna, yaitu dapat menekan derau dan interferensi, walaupun keuntungan ini harus ditebus dengan kebutuhan akan lebar ban frekuensi yang jauh lebih besar dari spektrum sinyalnya yang asli.
-  Modulasi untuk pemilihan frekuensi. Pemilik radio atau televisi dapat menentukan stasiun yang dikehendakinya, karena setiap stasiun menggunakan frekuensi untuk gelombang pembawa yang berbeda.
-  Modulasi untuk multiplexing. Sering diperlukan untuk mengirim banyak sinyal bersamaan dari satu tempat ke tempat tujuan yang sama. Teknik multiplexing, yang merupakan bentuk modulasi juga, memungkinkan pengiriman banyak sinyal melewati kanal yang sama, demikian rupa sehingga pada ujung penerimaan setiap sinyal dapat dipungut kembali dengan baik.
-  Modulasi untuk mengatasi pembatasan peralatan termasuk dari aspek Bandwidth. Performa dari peralatan banyak ditentukan oleh frekuensi yang dipergunakan. Penempatan sinyal pada daerah frekuensi yang memberikan pembatasan peralatan yang minimum atau yang memberikan kemungkinan lebih baik untuk mencapai persyaratan rancangan, dapat dilakukan dengan modulasi.

Selasa, 10 September 2013

Pengolahan Sinyal Digital (Digital Signal Processing)



KUMPULAN ISTILAH/SINGKATAN  DALAM PSD
 

Pengolahan (processing) : suatu operasi dalam bentuk tertentu pada suatu sinyal untuk selanjutnya diekstrak ke dalam informasi yang lebih bermanfaat ; sederet operasi yang dibuat tergantung kepada instruksi-instruksi

Sinyal : suatu fungsi dari kumpulan variabel bebas ; bertugas mengangkut informasi yang kemungkinan besar terdapat dalam suatu pengamatan

Digital : operasi dengan menggunakan sinyal diskrit untuk merepresentasikan sejumlah data ; pengolahannya dilakukan menggunakan sebuah komputer digital atau perangkat keras digital khusus

PSD (Pengolahan Sinyal Digital) = perubahan atau penganalisaan informasi yang diukur sebagai sejumlah deretan nilai diskrit

SWK (Sinyal Waktu Kontinyu / continous time signal) : sinyal yang terdefinisi pada satu waktu kontinyu dan direpresentasikan oleh fungsi variabel kontinyu

SWD (Sinyal Waktu Diskrit /descrete time signal) : sinyal yang terdefinisi pada waktu-waktu diskrit sehingga variabel bebas yang ada hanya memiliki nilai diskrit ; sinyal yang hanya terdefinisi pada Delta t integer (variabel bebas integer)

Sinyal Analog : sinyal yang memiliki waktu kontinyu dan amplitudo kontinyu
Sinyal Digital : sinyal  yang memiliki waktu diskrit dan amplitudo diskrit ; dengan kata lain suatu SWD yang memiliki nilai (harga) dalam jumlah terbatas

Sinyal Periodik : sinyal yang identik dari periode satu ke periode berikutnya secara berulang ; periode sinyal ini secara khusus diwakilkan oleh satu periode (periode tunggal adalah suatu panjang terbatas ; berarti energi terbatas ; beurut)
Sinyal Non Periodik : sinyal yang tidak periodik dan memiliki energi tak terbatas (infinite)  

Sistem Linier : sistem dengan syarat T[ax1(n) + bx2(n)] = aT[x1(n)] + bT[x2(n)] = ay1(n) + by2(n)  dengan y1(n) dan y2(n) adalah respon input x1(n) dan x2(n) ; a dan b berupa konstanta.

Deterministik (predictible)   vs  Stokastik (unpredictible)
Time invariant  (tidak berubah waktu) vs Time variant (berubah waktu)
Normal distributed vs Random
 

DFT = Descrete Fourier transform
FFT = Fast Fourier Transform
FIR = Finite Fourier Transform
IIR = Infinite Fourier Transform

 
Transformasi Z = transformasi Laplace dari sinyal digital

Sabtu, 31 Agustus 2013

MANAJEMEN ERROR (KESALAHAN)

Tidak ada orang yang menyukai kesalahan. Kita semua tahu bahwa menghilangkan kesalahan total merupakan hal yang mustahil. Untuk mengatur antara apa yang kita inginkan dan yang bisa kita capai tentu kita harus menganalisa error , bagaimana error muncul dan memutuskan strategi yang tepat untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi error tersebut.

Sumber-sumber error Komunikasi Data
1.Peran Impuls : menyebabkan jumlah terbesar error pada semua tipe jalur komunikasi. Impuls muncul karena ketidakteraturan tegangan dalam peralatan switching , pencahayaan dan keelektrikan selama transmisi dan hubungan-hubungan yang salah pada berbagai lokasi dalam link komunikasi.
2.Daerah terminal electron : merupakan derau putih, Gaussian yang tak menyebabkan masalah yang terlalu penting.
3.Kesalahan attenuasi. Komponen frekuensi tinggi sinyal audio lebih cepat mengecil dari komponen-komponen frekuensi rendah, mendistorsi data yang dilihat penerima.
4.Kesalahan-amplitudo dari turunnya daya mendadak, disebabkan oleh kontak-kontak elektrik, perubahan-perubahan beban yang mendadak dan kesalahan-kesalahan switching.
5.Sinyal carrier murni tak mungkin diperoleh karena ada alat elektrik yang bisa membangkitkan sinyal carrier murni.
6.Crosstalk, interferensi, echo.

Strategi I : MENERIMA KESALAHAN
    Strategi yang paling sederhana, kita terima kesalahan apa saja. Strategi ini cukup jika error tidak terlalu merusak transmisi text, misalnya, mungkin memenuhi kualifikasi ini jika tidak mengandung banyak bilangan.

Strategi II : DETEKSI DAN TRANSMISI KEMBALI
    Dengan strategi ini, penerima mendeteksi error dalam sebuah blok dan pengirim mentransmisikan kembali seluruh blok jenis perangkat lunak penanganan kesalahan ini, tidak terlalu complex untuk dimengerti. Perangkat lunak ini menggunakan ACK/NAK. Ia tidak membutuhkan karakter-karakter ACK dan NAK khusus.
    Pendekatan ini memiliki beberapa kerugian. Penerima harus menolak seluruh blok jika ia menemukan satu kesalahan dan keseluruhan blok harus berpindah melewati saluran untuk kedua kalinya. Ini mereduksi effisiensi transmisi. Ini juga mendorong kita untuk menggunakan blok-blok yang kecil, yang otomatis akan menambah head.

Parity Check (Pemeriksaan Paritas)
Paritas adalah suatu metode deteksi dan indikasi error (kesalahan) yang sederhana dan efektif, dan terdiri atas sebuah bit informasi tunggal ekstra yang ditambahkan pada suatu 'word' sistem. Bit ekstra ini disebut
bit paritas, dipilih demikian rupa hingga word yang dikirimkan mengandung kalau bukan bit-bit 1 yang genap jumlahnya (Paritas genap/even parity) tentu bit-bit 1 yang ganjil (gasal) jumlahnya (Paritas ganjil/odd parity)
Sebelum pengiriman, setiap word diperiksa oleh generator paritas yang menghitung apakah yang akan ditempatkan dalam bit paritas itu suatu 0 atau 1. Sesudah pengiriman word paritas dapat di cek guna menentukan apakah telah telah terjadi error atau tidak.
Rangkaian deteksi paritas memeriksa word yang dikirimkan untuk meyakinkan apakah paritasnya masih benar. Jika telah terjadi suatu error akan dapat terdeteksi dan jika perlu pengiriman informasi dapat diperbaharui.
Berikut langkah pemeriksaan paritas : 
-Hitung bit-1 yang ada pada tujuh bit data yang membentuk byte
-Dalam strategi paritas ganjil, jumlah total bit-1 dalam bit-1 harus ganjil. Jika jumlah bit-1 dalam tujuh bit data genap, kita harus tambahkan 1 pada tempat bit ke delapan untuk membuat jumlah bit-1 ganjil.
-Pada penerima, jika jumlah bit-1 ganjil, penerima menerima data dan menyatakan ACK, sebaliknya jika penerima menolak data dan menyatakan NAK.
 Paritas dapat mendeteksi satu error. Tapi ia tidak dapat mendeteksi dua error. Byte-byte dengan jumlah kesalahan genap terus berlaku tanpa terdeteksi kesalahannya.

CRC (Cyclic Redundancy Check) menggunakan sebuah komputer check pada akhir satu grup, biasanya blok data pengirim menghitung paritas vertical dan longitudinal sesuai dengan sebuah kode polinominal
dan mengirimkan karakter paritas ini dengan data. Penerima menghitung karakter paritas dari data yang sampai dan membandingkan perhitungannya dengan komputer paritas yang telah dikirimkan.
Jika karakter CRC yang dikirim oleh pengirim dan hasil perhitungan penerima identik, penerima mengakhiri penerimaan data (ACK). Nama lain CRC adalah cek polinominal.


Strategi III : DETEKSI DAN KOREKSI
Deteksi dan koreksi dilakukan dengan menghitung hubungan antara bit cek dan bit data. Proteksi maksimum diperoleh dari strategi yang mencakup bit-bit data dan bit-bit cek. Proteksi maksimum ini cocok untuk bank-bank dan instansi-instansi financial dimana tidak dapat diterima laju error yang tinggi dalam data seperti perhitungan uang pelanggan, transfer uang dan lain-lain. Satu digit yang salah ditransmisikan dapat berakibat menghancurkan.
Perangkat lunak untuk koreksi error jauh lebih complex dibanding perangkat lunak pendeteksi error karena Ia harus menunjuk letak kesalahan secara tepat dan membentuk kembali bagaimana bit-bit data yang seharusnya
Ada beberapa kelemahan penggunaan strategi manajemen error ini yaitu harganya yang mahal, perangkat lunak koreksi error lebih mahal dibanding perangkat lunak deteksi error serta adanya waktu tunda untuk “koreksi”.

Kode Hamming
Kode ini menangani pendeteksian  minimal dua buah error dan pengkoreksiannya sebanyak satu error. Sedang untuk pengkoreksian terhadap dua error atau lebih dapat digunakan kode Reed Solomon.

Selasa, 09 Juli 2013

Protokol , Standar dan Interface

PROTOKOL adalah prosedur untuk mengadakan dan mempertahankan komunikasi antara dua obyek dalam sebuah sistem komunikasi. Jadi protokol merupakan prosedur untuk komunikasi antara obyek-obyek yang berderajat sama dalam hirarki komunikasi. Dengan kata lain protokol adalah kumpulan aturan tentang bagaimana pesan-pesan kontrol dan pesan-pesan data ditukar antar peralatan dan bagaimana mereka mengatur proses komunikasi.
Secara umum , protokol mendefinisikan 3 hal : apa yang dikomunikasikan, kapan dan bagaimana dikomunikasikan. Dengan demikian terdapat 3 elemen kunci dalam protokol yaitu
1)Sintaks yaitu struktur atau format data yang dikomunikasikan
2)Semantik yaitu artikulasi setiap blok aliran bit, sebagaimana diketahui bahwa data akan dikomunikasikan   sebagai rangkaian aliran bit 0 dan 1.
3)Waktu, yaitu berkaitan dengan kapan data harus dikirim dan seberapa cepat dapat dikirimkan.

Protokol Data Link
Tiap level sistem komunikasi harus mempunyai protokolnya sendiri. Protokol layer data link dalam sistem komunikasi disebut data link. Layer data link dalam sebuah sistem komunikasi adalah layer logika diatas layer fisik yang berurusan dengan level-level sinyal, tegangan dan detail-detail lain medium fisik.Data link layer berurusan dengan data : Bagaimana data dipaketkan  agar dapat melintas dari satu pengguna ke pengguna lain.

Protokol data link dikategorikan kedalam dua jenis :
BOP (Bit-Oriented-Protokols), menggunakan posisi bit-bit dalam field atau blok untuk menandai arahnya. Karena BOP menggunakan posisi bit sebagai ganti karakter kontrol khusus, BOP bekerja dengan cara yang sama untuk tiap kode (ASCII/lainnya).

BCP (Byte-Controlled-Protokols), menggunakan karakter-karakter kontrol khusus untuk memberi informasi penerima saat alamat atau data dikirim dan saat bit-bit data start dan end.BCP berorientasi ke mainframe.

STANDAR (bagi protokol) : adalah suatu himpunan petunjuk yang mengatur bagaimana sebuah hardware dan software akan dioperasikan dan (yang paling penting) bagaimana hardware dan software tersebut dapat saling dihubungkan dengan hardware dan software lainnya. Contoh standar bagi protokol adalah IBM, AT&T, Bell Labs, DEC,Microsoft, dll.
Standar diperlukan karena adanya 3 alasan :
a) Terdapat banyak vendor yang berbeda di seluruh dunia
b) Seluruh peralatan dalam sebuah jaringan harus dapat berkomunikasi dengan peralatan lainnya
c) Awalnya setiap vendor akan membuat hardware/software untuk spesifikasinya sendiri
Ketiga hal tersebut mengakibatkan adanya peralatan yang tidak kompatibel. Oleh karena itu diperlukan adanya standarisasi dari berbagai protokol yang ada.

INTERFACE merupakan daerah buffer antara dua divais atau sistem. Jika dua divais tersebut tidak 'berbicara' dalam bahasa yang sama, interface harus merupakan penerjemah. Jadi dalam hal ini Interface merupakan penerjemah antara dua obyek yang tak sama. 
Banyak masalah komunikasi data terletak pada interfacenya bukan divais-divaisnya.